Minggu, 06 November 2011

tugas kedua IBD

Pengertian Prosa dan Puisi

Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif.
Puisi adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Unsure-unsur intrinsik puisi adalah
1. Tema yaitu tentang apa puisi itu berbicara
2. Amanat yaitu apa yang hendak dinasehatkan kepada pembaca
3. Rima yaitu persamaan-persamaan bunyi
4. Ritme yaitu perhentian-perhentian atau tekanan-tekanan yang diatur
5. Majas atau gaya bahasa yaitu permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi
6. Kesan yaitu perasaan yang diungkap lewat puisi
7. Diksi yaitu pilihan kata atau ungkapan

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/arts/2050696-pengertian-puisi/#ixzz1czecf7nn
Jenis dan Contoh Prosa

Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut:
1. Roman, adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
Roman sosial, memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
Roman sejarah, yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
Roman psikologis, yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
Roman detektif, yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
2. Novel, berasal dari Italia yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan perobahan nasib pelaku. lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
3. Cerpen, adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo, Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
4. Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
5. Kritik, adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
6. Resensi, adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
7. Esai, adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
Karya sastra prosa dapat diklasifikasikan berdasarkan pembabakannya menjadi prosa lama dan prosa baru. Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa


Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan tulisan, dan bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
1. Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib. Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, Si Pitung, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Sang Boma, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Raja Budiman.
2. Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
3. Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
4. Dongeng, adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya, yaitu sebagai berikut:
a. Fabel, adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Beberapa contoh fabel, adalah: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dll.
b. Mite (Mitos), adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai mempuyai kekuatan gaib. Contoh-contoh sastra lama yang termasuk jenis mitos, adalah: Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dll.
c. Legenda, adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dll.
d. Sage, adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage, adalah: Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dll.
e. Parabel, adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Mahabarata, Bhagawagita, dll.
f. Dongeng jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas, atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dll.
5. Cerita berbingkai, adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam
sumber : http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/28/mengenal-prosa-lama/
Manusia dan Cinta Kasih


b. Pengertian Cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta, Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluamya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.Cinta kasih juga dapat diartikan sebagai perasaan suka ( sayang ) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.

a. 8 Macam Cinta Menurut Qur’an


Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :

(1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain
(2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
(3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.

Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain. Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham, yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu bersilaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)

7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa
ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah
pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi.

8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
sumber : http://supriatno.blogdetik.com/index.php/2009/04/29/8-macam-cinta-menurut-quran/
 sumber : bebasopan.blogspot.com/.../ilmu-budaya-dasar-manusia-dan-cinta.html

c. Pengertian Kasih Sayang
Kasih sayang adalah satu istilah yang konotatif, dan tidak denotatif. Akan tetapi ia tidak akan muncul dan berkembang tanpa adanya kehendak sesuatu pihak yang memberikannya. Sebelum kita memberi kasih sayang kepada orang lain, sayangilah diri anda sendiri terlebih dahulu dengan mencerminkan akhlak dan moral yang baik.
Kasih sayang ini sadar atau tidak, menuntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka masing-masing pihak sehingga antar keduannya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.
sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropology/2189133-pengertian-kasih-sayang-cinta-kemesraan/#ixzz1czhcBdhc
d. Pengertian Kemesraan

Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi rasa cinta dan kasih.

Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu:
  • Kemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam masa puber atau genetal pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat.
  • Kemesraan dalam Rumah Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun wal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bisa sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
  • Kemesraan Manusia Usia Lanjut, Kemsraan bagi manusia berbeda dengan pada usia sebelumnya. Pada masa ini diwujudkan dengan jalan – jalan dan sebagainya
sumber: http://abyhape.blogspot.com/2011/03/manusia-dan-cinta-kasih.html

e. Pengertian Belas Kasihan
Belas kasih (composian) adalah kebajikan -satu di mana kapasitas emosional empati dan simpati untuk penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri, dan landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanisme-dasar ke tertinggi prinsi-prinsip dalam filsafat, masyarakat, dan kepribadian .
Ada aspek belas kasih yang menganggap dimensi kuantitatif, seperti individu belas kasih yang sering diberi milik  kedalaman,kekuatan atau gairah . Lebih kuat dari empati , merasakan umumnya menimbulkan aktif keinginan untuk meringankan penderitaan orang lain.. Hal ini sering, meskipun tidak pasti, komponen kunci dalam apa yang memanifestasikan dalam konteks sosial .Dalam etika istilah, berbagai ungkapan bawah usia yang disebut Golden Rule mewujudkan oleh implikasi prinsip kasih sayang: untuk orang lain apa yang Anda ingin mereka lakukan untuk Anda. sumber : http://tifany-tifa.blogspot.com/2010/10/pengertian-belas-kasih.html


tulisan pertama IBD

a. Sistem Kepercayaan Orang Arso (Papua)

Dasar religi orang Arso adalah penghormatan pada roh-roh nenek moyang yang upacaranya dipusatkan pada pesta dansa, atau yages. Orientasi, konsep-konsep serta kegiatan-kegiatan keagamaan ditujukan kepada upacara terima kasih atas keselamatan dan minta pertolongan untuk mengatasi kegagalan-kegagalan dalam pelbagai segi kehidupan.

Konsep keagamaan orang Arso yang terpenting adalah sebutan terhadap Tuhan utamanya, yang mereka puji dan sembah, yaitu Chaimbo, dewa yang dianggap menciptakan dan memiliki langit, bumi dan segala isinya, termasuk manusia dan pada fowor, atau roh. Menurut hirarkinya, Tuhan membawahi tiga makhluk halus, yaitu fowor, atau manusia ruh, keti dan yonggoway. Chaimbo menjelma menjadi mata air, gunung, dan hutan, di samping menjaga agar hak kekuasaannya tidak bisa pindah kepada orang lain. Orang Arso paling takut akan yonggoway, karena roh itu bertugas untuk mencabut nyawa orang.

Sistem keyakinan orang Arso tercantum dalam mitologi mereka. Ada cerita-cerita tentang asal mula terjadinya alam binatang dan tumbuh-tumbuhan, di samping cerita suci tentang air bah besar seperti yang disebutkan dalam kitab Injil orang Kristen (Rombouts, 1957). Cerita-cerita suci lainnya tentang pasangan menusia yang pertama, yaitu seorang pria bernama Towyatuwa dan wanita pernama Ubosuwa, serta anak pria mereka Narowra, yang dapat disamakan dengan tokoh dewa pembawa adat dalam mitologi bangsa-bangsa lain. Narowra-lah yang mengajarkan orang Arso berkebun, mengambil sagu, berburu, mencari ikan, membuat berbagai kerajinan, serta menyanyi dan menari. Kedua bentuk kesenian tersebut amat penting dan malahan merupakan pusat dari hampir semua upacara religi dan adat. Serupa dalam mitologi bangsa-bangsa lain juga, dewa pembawa adat menjadi satu atau erat bekerjasama dengan tokoh dewa yang bersifat dualistik, artinya bersifat baik tapi juga merusak. Dalam mitologi orang Arso, tokoh itu adalah seekor buaya raksasa bernama Watuwa.

Masyarakat Arso mengenal tiga dewa tertinggi, karena itu aktivitas kehidupan mereka selalu dihubungkan dengan fungsi dari ketiga dewa itu dalam perwujudan konkret, berupa berbagai upacara dengan pesta tari-menari tertentu yang disesuaikan dengan adat kebiasaan keret masing-masing.

Tujuan upacara keagamaan orang Arso adalah (1) memintah kesejahteraan keluarga dan keret-keretnya, terutama yang berhubungan dengan aktivitas hidup mereka (2) mengucapkan rasa terima kasih kepada dewa-dewa karena kehidupan mereka baik; (3) minta agar mereka terhindar dari bahaya maut, kecelakaan, atau peperangan. Upacara adat worasyu adalah untuk menyatakan terima kasih kepada fowor, misalnya karena terjadi pengangkatan status sosial dan derajat wanita yang telah memelihara ternak babi, agar di tahun-tahun mendatang hasil peternakan babi mereka lebih banyak lagi. Di samping itu mereka memohon perlindungan dalam jabatannya agar mereka berwibawa dan agar pengaruhnya itu dapat mengimbangi kaum pria.

Bila dilihat dari arti katanya, maka worasyu berasal dari kata oras, yang artinya “induk dari papeda bungkus”, sedang yu berarti “menyanyi”. Jadi worasyu dalam artinya yang pertama, melambangkan rejeki yang berlimpah-limpah, sedang pengertian yang lain adalah pengangkatan status sosial dan derajat wanita yang berhasil memelihara ternak babi yang jumlahnya mencapai 30 sampai 80 ekor. Pemeliharaan babi disebut wotiaken. Besar-kecilnya penyelenggaraan upacara worasyu itu sangat tergantung dari hasil yang diperoleh. Bila hasilnya sedikit, biasanya diadakan upacara sederhana yang disebut worasnasi, yaitu mengadakan penguburan papeda bungus dan tepung sagu sebagai sesajen kepada fowor. Upacara ini biasanya dilakukan di hutan yang berjarak kurang lebih 400-600 meter dari kampung. Upacara worasyu biasanya dilakukan di halaman terbuka, di suatu tempat yang telah disiapkan, yaitu yatia. Di sini biasanya dibuat suatu bangunan yang menyerupai kerucut, bundar dengan garis tengah 20-30 meter. Atapnya terbuat dari daun sagu, seperti juga dindingnya, dan tiang intinya dari kayu besi, tingginya kira-kira 4-5 meter.

Penanggungjawab upacara ini adalah wotaken, yaitu tuan ternak, dibantuk oleh yuskwontor atauondowafi. Para petugas dalam upacara ini adalah seorang pembaca mantra, pengawas yatia, dan seorang pemimpin lagu dan syair selama upacara berlangsung, tokoh-tokoh adat yang bertugas merangkap semua urusan upacara, serta semua kerabat yang datang dari kampung lain maupun warga lain yang diundang.

Adapun atribut-atribut yang penting dalam upacara ini adalah papeda bungkus (worasnasi), tepung sagu mentahatau naa, pisang atau yur, sirih atau fer, kapur atau ku, tifa atau wong, babi, dan burung cendrawasih. Upacara ini berlangsung selama 24 jam, yang dimulaipada sore hari.

Orang Arso mempunyai konsep tentang orang sakti, yaitu orang yang berhubungan dengan seekor buaya sakti (watuwa), yang dalam mitologi menurunkan manusia melalui buah zakarnya. Anak yang dilahirkan Towyatua dan ubosuwa itu dinamakan Narowra, yang merupakan manusia yang mendapat kepercayaan Watuwa untuk meneruskan keturunan buaya sakti itu (Rombouts 1989: hlm. 13-17).

Seperti dalam semua kebudayaan di dunia, orang Arso juga mengenal upacara-upacara yang dilakukan sepanjang daur hidup. Walaupun pemberinan nama dan upacara perkawinan tampaknya tidak banyak mengandung unsur religi, upacara-upacara kematian sebaliknya mengandung banyak unsur religi.

Pada proses sosialisasi biasanya anak pria dan wanita yang sudah berumur 12-13 tahun dipisahkan dari orang tuanya. Mereka harus masuk rumah suling (mum-ja) yang didirikan di luar kampung dan dipagari agar tidak terlihat oleh seorang wanita dan anak-anak. Di rumah inilah anak pria itu diiniasiasi. Sebelum seorang anak laki-laki memasuki mum-ja, orang tua anak tersebut serta paman dari pihak ibunya menyediakan makanan sebanyak-banyaknya untuk pesra dan menjadi pelindung (jarwo) mereka dalam arti kata umum. Apabila suling ditiup, yang dilakukan oleh orang dewasa, maka anak-anak masuk ke dalam mum-ja. Pada waktu itu, mereka diberi waluh (penutup penis) dan noken, serta mendapat nama. Di dalam mum-ja mereka dipukuli dengan pelepah pisang hutan oleh orang-orang dewasa serta ditakut-takuti. Setelah itu mereka disuruh duduk di lantai dan orang-orang dewasa kemudian menyanyi dan meniup suling sambil berpesta pora. Anak-anak dilarang makan pisang, sukun, babi, ikan, pepaya, ubi, dan segala jenis daging, dan hanya boleh makan papeda, sayur, serta ikan-ikan kecil.

Anak-anak yang diinisiasi tinggal dalam mum-ja selama tiga-empat bulan. Di sana mereka diajar meniup suling secara benar dan bagus, cara berburu, dan dikenalkan dengan cerita-cerita mitologi. Menjelang kawin, anak-anak yang masuk mum-ja itu disebut sinbewagi. Biasanya setelah masa inisiasi berakhir, rambut mereka dicukur dan mereka disuruh berbaris di halaman muka mum-ja. Seorang pria dewasa kemudian memanah matahari, dan dengan demikian selesailah sudah masa inisiasi itu. Setelah keluar dari mum-ja, biasanya mereka tinggaldi rumah bujang (jatiya) sampai mereka menikah.

Suatu upacara kematian mengandung sedikit terligi karena mati berarti nyawanya diambil oleh roh yonggoway. Kematian juga bisa disebabkan karena masalah pelanggaran hak ulayat, perzinahan, atau karena pengaruh ilmu sihir orang lain. Biasanya orang meninggal akibat sihir itu. Jenazahnya diminta menunjukkan siapa yang telah membunuhnya. Akibatnya, akan timbul pembalasan dendam yang biasanya berakhir dengan suatu peperangan antar-keret. Setelah itu, jenazah diletakkan di atas sebuah bale-bale di hutan dan ditinggalkan begitu saja. Jalan menuju jenazah itu ditutupi dengan pohon-pohon kecil.
sumber : http://uun-halimah.blogspot.com/2008/10/sistem-kepercayaan-orang-arso-papua.html
 
 

b. Rambu Solo’ Pemakaman Adat Tana Toraja


Siapa yang tak kenal dengan Tana Toraja, negeri dengan begitu banyak adat istiadat dan tempat tujuan wisata yang sangat indah. Tana Toraja, berjarak 300 kilometer dari Makassar, Sulawesi Selatan, menyimpan berbagai macam adat dan budaya leluhur yang diwariskan oleh nenek moyang mereka dan tetap lestari hingga kini.
Setiap keturunan suku Toraja, di manapun berada, wajib menjunjung tinggi akar budaya nenek moyang mereka. Hingga kini, anak cucu keturunan suku Tana Toraja yang berada di luar negeri dan berbagai wilayah di Indonesia, akan tetap melakukan tradisi yang sama yang dilakukan oleh nenek moyang mereka ribuan tahun yang lalu.
Ketaatan mereka dalam menjalankan adat istiadat dan budaya peninggalan nenek moyang mereka hingga kini, menarik banyak wisatawan asing dan dalam negeri untuk mengunjungi Tana Toraja setiap tahunnya. Tana Toraja, kini menjadi salah satu daerah wisata andalan yang dimiliki oleh Sulawesi Selatan. Berbagai upacara adat yang dimiliki oleh Tana Toraja dan diselenggarakan setiap tahun, menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan asing.
Ada berbagai upacara adat di Tana Toraja, salah satunya adalah Rambu Solo, upacara pemakaman leluhur yang telah meninggal beberapa tahun sebelumnya. Acaranya terdiri dari Sapu Randanan, dan Tombi Saratu’. Selain itu, dikenal juga upacara Ma’nene’ dan upacara Rambu Tuka’.
Upacara Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’ diiringi dengan seni tari dan musik khas Toraja selama berhari-hari. Rambu Tuka’ adalah upacara memasuki rumah adat baru yang disebut Tongkonan atau rumah yang selesai direnovasi satu kali dalam 50 atau 60 tahun. Upacara ini dikenal juga dengan nama Ma’Bua’, Meroek, atau Mangrara Banua Sura’.
Sementara itu, Rambu Solo’ sepintas seperti pesta besar. Padahal, merupakan prosesi pemakaman. Dalam adat Tana Toraja, keluarga yang ditinggal wajib menggelar pesta sebagai tanda penghormatan terakhir kepada yang telah meninggal. Orang yang meninggal dianggap sebagai orang sakit sehingga harus dirawat dan diperlakukan layaknya orang hidup, seperti menemaninya, menyediakan makanan, dan minuman, serta rokok atau sirih.
Tidak hanya ritual adat yang dijumpai dalam upacara Rambu Solo’. Berbagai kegiatan budaya menarik pun ikut dipertontonkan, antara lain Mapasilaga Tedong (adu kerbau) dan Sisemba (adu kaki).
Rambu Solo’ akan semakin meriah jika yang meninggal adalah keturunan raja atau orang kaya. Jumlah kerbau dan babi yang disembelih menjadi ukuran tingkat kekayaan dan derajat mereka saat masih hidup. Di Rantepao, Anda bisa menyaksikan upacara Rambu Solo yang meriah.
Pembangunan makan bagi keluarga yang meninggal dan penyelenggaraan Rambu Solo’ biasanya menelan dana ratusa juta rupiah hingga miliaran. Tak heran, karena banyak sekali ritual adat yang harus mereka jalankan dalam prosesi pemakaman tersebut.
Salah satu Rambu Solo’ yang besar, berlangsung hingga tujuh hari lamanya. Yang seperti itu disebut Dipapitung Bongi. Hewan yang harus dipotong saja tak kurang dari 150 ekor, yang terdiri dari kerbau dan babi. Dagingnya akan mereka bagikan kepada penduduk desa sekitar yang membantu proses Rambu Solo’.
Upacara yang menyedot perhatian turis asing dan wisatawan lokal adalah  adu kerbau atau yang biasa disebut Mapasilaga Tedong. Sebelum diadu, dilakukan parade kerbau terlebih dahulu. Kerbau adalah hewan yang dianggap suci bagi suku Toraja. Yang bule atau albino harganya akan sangat mahal, mencapai ratusan juta rupiah. Ada pula kerbau yang memiliki bercak-bercak hitam di punggung yang disebut salepo dan hitam di punggung (lontong boke).
Prosesi pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro tedong adalah kegiatan selanjutnya, yaitu menebas kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali tebas. Semakin sore, pesta adu kerbau semakin ramai karena yang diadu adalah kerbau jantan yang sudah memiliki pengalaman berkelahi puluhan kali.
Rambu Solo’ mencerminkan kehidupan masyarakat Tana Toraja yang suka gotong-royong, tolong-menolong, kekeluargaan, memiliki strata sosial, dan menghormati orang tua. Mengenai adu kerbau, ia mengakui di satu sisi menjadi daya tarik pariwisata, namun di sisi lain banyaknya kerbau, terutama kerbau bule (Tedong Bonga), yang dipotong akan mempercepat punahnya kerbau. Apalagi, konon Tedong Bonga termasuk kelompok kerbau lumpur (Bubalus bubalis) yang merupakan spesies yang hanya terdapat di Toraja. (Kredit Foto: torajacybernews.com)
sumber : http://www.jalanjalanyuk.com/rambu-solo%E2%80%99-pemakaman-adat-tana-toraja/

c. Ukiran Tana Toraja


Ukiran Toraja adalah salah satu bukti kekayaan budaya yang dimiliki oleh Tana Toraja. Ukiran ini biasanya dapat dengan mudah ditemukan di sekujur bagian Tongkonan, baik rumah ataupun lumbung padi, serta di Erong. Ukiran lainnya yang dapat dengan mudah anda temukan adalah ukir-ukiran yang dibuat menjadi hiasan dinding untuk oleh-oleh atau corak di peralatan rumah tangga.
Ukir-ukiran Toraja umumnya berbentuk suatu motif tertentu walaupun ada juga yang spesial seperti ayam jantan, angsa, Tongkonan dan pemandangan. Motif-motif ukiran umumnya memiliki nama seperti Pa’ Tedong untuk ukiran motif kerbau dan Pa’ Erong untuk ukiran motif peti mati. Motif-motif yang diukir umumnya berbentuk melingkar, bulat, kotak-kotak dan bersiku. Warnanya sendiri kurang lebih hitam (warna dasar papan kayu), putih, merah dan kekuningan. Warna-warna ini diambil dari alam semua. Jadi bisa dikatakan pewarnaan ukiran berlangsung alami. Misalnya saja warna kekuningan berasal dari tanah liat dan putih berasal dari getah. Uniknya, setelah kering, warna-warna ini tidak luntur namun bersifat seperti warna cat pada umumnya.
sumber : http://lomardasika.blogspot.com/2010/03/indahnya-seni-ukiran-dari-toraja.html