Penderitaan Palestina
Dari
serangan biadab Israel atas bangsa Palestina diGaza jelas
sekali terlihat bahwa barat, Amerika, Eropa dan Australia itu anti
Islam, Bahkan memusuhi Islam. Lihat saja kalau Sudan yang membela
diri dari pemberontakan disebut “penjahat perang”, sampai-sampai
presiden Sudan mau diadili di pengadilan penjahat perang, sementara
Israel yang membunuh rakyat Palestina dengan membabi buta dibenarkan
sebagai hak “pembelaan diri”.
Saya
betul-betul bingung dan tidak mengerti dengan standar hukum dan norma
yang dipakai oleh Amerika, Eropa dan Australia. Yang tebih bikin saya
bingung lagi dan terheran-heran adalah sikap sebaglan “tokoh”
umat Islam yang membeo saja dengan apa yang dikatakan oleh barat
Seakan-akan barat selalu benar.
Irak
dihancurkan, Afghanistan diluluh lantakkan, Sudan diobok-obok tapi
para tokoh Islam itu tidak juga bersuara? Israel membunuh bangsa
Palestina dengan terang-terangan, jelas sekali hal itu diperlihatkan
oleh jaringan 7V diseluruh dunia, bahkan oleh TV negara-negara barat
itu sendiri.
Apa
kata dunia? Ya apa kata dunia terhadap sikap tokoh-tokoh Islam
Indonesia yang hanya berdiam diri terhadap segala macam musibah dan
bencana yang menimpa umat Islam?
Kira-kira
apa ya kata dunia?. Saya kira tak lain adalah meremehkan dan
menertawakan atas sikap pengecut dan penakut para tokoh Islarn
Indonesia.
Saya
betul-betul marah dan geram kepada Israel dan juga kepada
pendukung-pendukungnya, khususnya kepada Amerika Serikat yang
kerjannya setiap hari adalah mengobok-obok dan menghancurkan
negara-negara Islam Apa yang harus dikerjakan? Saya bersedia jihad,
menyerahkan selembar jiwa saya ini. Bagaimana caranya?
Jawaban
:
Siapa
orang yang tidak marah dan tidak geram melihat kebiadaban Israel yang
secara jelas sekali terpampang di TV?. Siapapun orang yang tidak
marah dan tidak geram, maka orang itu tidak punya hati nurani! Tidak
usah menjadi seorang muslim, untuk menyatakan bahwa tindakan Israel
itu biadab, seorang kristen, seorang hindu bahkan seorang komunispun,
kalau dia masih manusia yang mempunyai hati nurani, pasti orang itu
akan marah dan geram.
Tapi,
marah dan geram saja tidak menyelesaikan masalah. Israel tetap saja
biadab. Amerika, Eropa dan Australia tetap saja menjadi penonton dan
dimana perlu siap siaga menjadi pendukung Israel! Itu adalah
kenyatan! Itulah realita yang nyata! Dan kita umat manusia Khususnya
umat Islam harus menerima kenyatan itu apa adanya! Kita tidak boleh
berandai-andai. Realita yang keras dan menyakitkan hati, memang
begitu!!!
Apa
yang terjadi di Gaza sekarang hanyalah pengulangan terhadap apa yang
dialami Yaser Arafat danPLO-nya
dua puluh tahun yang silam di Yordania dan
di Libanon yang
dikenal sebagai “september hitam”.
Jawaban
terhadap permasalahan ini sudah diketahui dengan persis oleh umat
Islam seluruh dunia semenjak lama, yaitu persatuan
umat Islam.
Tapi disitulah masalahnya, sulitnya bersatunya umat Islam adalah
suatu kenyataan yang menjengkelkan Jangankan seluruh dunia Islam,
negara-negara Arab sendiri yang tergabung di dalam Liga Arab tidak
pernah bersatu. Selalu saja cekcok. Yang satu ke kanan. Yang lain ke
kiri. Yang lainnya mbalelo tidak ambil peduli dengan apa yang
terjadi.
Penderitaan
rakyat Palestina di Gaza sekarang ini lebih berat lagi. Bukan saja
negara-negara Arab tidak bersatu. Bahkan bangsa Palestina sendiri
tidak bersatu. Terpecah antara Hamas dan Fatah.
Di Gaza yang berkuasa adalah Hamas yang didapatnya dengan
berdarah-darah, yaitu dengan mengusirdan membunuh Fatah dari Gaza.
Isreal
sekarang berdalih bukan menyerang Palestina, melainkan menyerang
Hamas. Dan Fatah sendiri dibuat dalam posisi dilemmatis. Membela
Hamas dan mengutuk Israel? Atau mbalelo? Inilah kenyataan yang pahit
itu!
Sebenarnya,
yang harus menyelesaikan masalah Palestina adalah bangsa Palestina
sendiri. Almarhum Yaser Arafat sebenarnya telah melakukan hal yang
besar dan sangat positif untuk bangsa Palestina, yaitu melakukan
perjanjian damai dengan Israel, Perjanjian
Oslo tahun
1993, menyepakati berdirinya dua negara berdampingan, Palestina dan
Israel Berdasarkan kesepakatan tersebut Yaser
Arafat pulang
ke Palestina (dari Mesir) dan mendirikan pemerintahan di Ramallah.
Sayangnya,
perjanjian damai tersebut ditolak oleh sayap kanan Israel dan garis
keras Palestina yang diwakili oleh Hamas. Simon Peres perdana menteri
Israel mati terbunuh oleh fanatikus sayap kanan Israel. Sementara
almarhum Yaser Arafat, kabarnya keracunan sehingga menemui ajalnya.
Sayangnya
lagi, kenyataan menunjukkan garis keras dari kedua belah pihak
menjadi dominan dan menentukan, sehingga perjanjian damai bagi
berdirinya negara Palestina sampai hari ini tak kunjung terealisir
(Resminya negara Palestina sampai hari ini belum ada, sekalipun
pemimpinnya sudah disebut presiden dan mendapatkan protokoler sebagai
presiden. Hal ini menjadi salah satu keanehan dalam tata pergaulan
internasional. Karena hal serupa itu diluar pakem diplomatik yang
ada).
Pemilu
Palestina 2006 yang dimenangkan oleh Hamas sebenarnya bisa menjadi
momentum untuk menyelesaikan masalah. Sayangnya Hamas justru
mementahkannya dengan tidak mengakui eksistensi negara Israel. Suatu
sikap Hamas yang sulit dipahami, disatu pihak Hamas ikut pemilu dalam
satu pemerintahan yang berdiri karena perjanjian Oslo, tapi dipihak
lain Hamas ingin meghapuskan inti sari dari perjanjian Oslo. Maka
semenjak itu (2006) semua soal Palestina menjadi mentah kembali.
Suatu keadaan yang memang diinginkan pula oleh sayap kanan lsrael.
Masalah
krusial yang diahadapi oleh almarhum Yaser Arafat adalah mengenai
batas negara. Palestina menunggu konsep Israel, sementara Israel
tidak kunjung mengajukan kon-sep batas negara. Padahal posisi
sebenarnya bisa dibalik, Palestina mengajukan peta batas negara, dan
posisikan Israel sebagai pihak yang membahas konsep Palestina.
Tentu
perundingan akan alot Tapi, lama kelamaan masalah bisa mengerucut
untuk diselesaikan. Sedangkan sekarang posisinya ngambang, sehingga
negara Palestina tak kunjung diproklamasikan. Itulah masalah yang
harus kita fikirkan bersama. Dan inilah jihad yang perlu
dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar